SURABAYA, PELUANGUSAHATERBARU SETIAWAN ICHLAS – Beberapa hari terakhir, muncul kasus Leptospirosis atau wabah kencing tikus. Sebanyak 204 orang tertular di Pacitan, 6 diantaranya meninggal dunia.
Meski begitu, di Kota Surabaya sendiri belum ditemukan kasus kencing tikus tersebut. Namun, Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya melakukan berbagai tindakan untuk mencegah penyakit yang menyebar melalui hewan tersebut.
“Belum ada temuan. Tapi ada upaya yang telah dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian Leptopsirosis,” kata Nanik Sukristina Kepala Dinkes Surabaya, Rabu (8 Maret 2023).
Dirinya mengatakan bahwa upaya pertama yang dilakukan adalah penyebaran informasi di faskes mengenai penyakit Leptospirosis dalam bentuk leaflet, poster, penyuluhan terhadap masyarakat dan media sosial.
Selain itu, Dinkes juga akan bekerja sama dengan institusi lain seperti, Balai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKL-PP) untuk melakukan pemantauan sentinel tikus dan pengukuran kepadatan tikus di beberapa wilayah Surabaya. Terutama daerah yang padat penduduk dan rawan banjir.
Selanjutnya, Dinkes juga akan meningkatkan kewaspadaan dini Faskes dengan adanya surat dari Dinkes terkait pencegahan dan tata laksana pengobatan bagi penderita Leptospirosis.
“Kami akan terus melakukan monitoring dan evaluasi intensif secara rutin setiap minggu pada aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) di tingkat puskesmas dan RS,” katanya.
Leptospirosis juga dikenal dengan nama lain seperti canicola fever, sugar cane field fever dan 7-day fever. Leptospirosis pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil. Oleh karena itu, ini juga dikenal sebagai penyakit atau sindrom Weil.
Kasus Leptospirosis Mengenai Bakteri Leptospira
Perlu diketahui bahwa Bakteri Leptospira bisa hidup di air tawar selama kurang lebih sebulan. Leptospira juga dapat bertahan dalam waktu lama di tanah lembab, tanaman atau lumpur.
Leptospira juga mampu berenang di air, sehingga dapat menginfeksi kaki yang terluka. Kasus Leptospirosis biasanya dilaporkan terjadi setelah banjir.
Orang yang banyak kontak dengan hewan, seperti peternak, petani dan dokter hewan, juga rentan terhadap bakteri Leptospira. Begitu juga dengan petugas pembersih selokan.
Ada beberapa hewan yang dapat menyebarkan bakteri Leptospira. Selain tikus, Leptospira juga bisa disebarkan oleh kucing, kuda, kelelawar, babi, kambing, domba dan tupai.
Baca Artikel Lebih Banyak Penulis Setiawan Ichlas