Peluangusahaterbaru.com oleh Setiawan Ichlas, Jakarta – Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat, dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan. Namun, perkembangan ini juga menimbulkan tantangan bagi lingkungan dan sumber daya alam, seperti tingginya tingkat ekstraksi sumber daya, polusi udara dan air, serta ketergantungan pada pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan jalur pembangunan yang rendah karbon dan hijau, yang dapat meningkatkan kesejahteraan, kesehatan, dan ketahanan iklim sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca.
Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) sebagai rencana aksi global untuk 15 tahun ke depan. Untuk mencapai SDGs, pemerintah harus memastikan bahwa kondisi lingkungan berada dalam batas toleransi untuk kesejahteraan manusia dan sumber daya berada dalam kisaran kuantitas dan kualitas yang aman untuk mendukung kehidupan dan ekonomi nasional . Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah meluncurkan Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon (Low Carbon Development Initiative/LCDI) pada tahun 2017, yang bertujuan untuk menjadikan pembangunan rendah karbon sebagai inti dari rencana pembangunan lima tahunan berikutnya.
Hasil dari LCDI menunjukkan bahwa jalur pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif dapat memberikan pertumbuhan rata-rata Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 6 persen per tahun hingga 2045 dan, dibandingkan dengan bisnis seperti biasa, menciptakan lebih dari 15 juta pekerjaan tambahan yang lebih hijau dan berbayar lebih baik, mengurangi setengah kemiskinan ekstrem, dan menyelamatkan 40.000 jiwa setiap tahun dari pengurangan polusi udara dan air – semuanya sambil mengurangi emisi gas rumah kaca hingga hampir 43 persen pada 2030, melebihi target internasional Indonesia saat ini. Pada Januari 2020, Indonesia merilis rencana pembangunan berkelanjutan pertamanya, RPJMN 2020-2024, yang mencakup pengurangan emisi gas rumah kaca sebagai salah satu indikator makroekonomi utama bersama dengan pertumbuhan PDB, pengurangan kemiskinan, dan lapangan kerja.
Dengan menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia dan penghasil gas rumah kaca tertinggi, identifikasi jalur pembangunan inklusif dan rendah karbon oleh Indonesia menginspirasi negara-negara lain untuk melihatnya sebagai contoh. Indonesia telah memulai reformasi sistemik di empat bidang utama untuk memastikan pemulihan yang berkelanjutan dan tangguh: sistem perlindungan sosial, sistem kesehatan nasional, sistem ketahanan bencana, serta pemulihan industri, pariwisata, dan investasi menuju ekonomi hijau. Dengan demikian, Indonesia dapat mewujudkan visinya menjadi negara yang sejahtera, demokratis, dan adil, di mana pembangunan memberikan manfaat bagi semua orang, dan hak-hak generasi mendatang dilindungi.
Baca artikel lebih banyak penulis Setiawan Ichlas